Jangan Salah Pilih Komunitas Menulis

Munas 4 FLP di Bandung

Ada banyak komunitas menulis. Ada yang sekadar berlomba-lomba menerbitkan buku tanpa memperhatikan kualitas, ada yang mengajarkan menulis roman dengan judul-judul erotis, ada yang sekaligus tempat belajar berorganisasi dan menimba ilmu keislaman.

Kira-kira pilih yang mana?

Kalau pertanyaan itu diajukan pada saya, saya pilih yang terakhir. Menulis bagi saya, bukan sekadar mempublikasikan karya di media, bukan sekadar berlomba-lomba menerbitkan buku, bukan sekadar banyak dibaca, best seller, menghasilkan pundi-pundi rupiah, lalu dikenal dan menjadi perbincangan. Bukan! Menulis adalah misi besar untuk membangun peradaban, untuk menyalakan kemanusiaan.

Karena itu, saya memilih komunitas yang tidak hanya mengajarkan menulis, tapi juga mengajarkan bagaimana menulis yang menggerakkan, menulis yang mencerahkan. Pilihan itu berlabuh pada, FLP. Forum Lingkar Pena. 

Di FLP, karya bukanlah satu-satunya. Ada dua pilar lainnya: keislaman dan keorganisasian. 

Saya dididik oleh FLP untuk menjadi penulis yang berintegritas, penulis yang jujur, penulis yang mengedepankan adab dan nilai-nilai moral. FLP tidak menganut sastra selangkangan, sastra lendir, atau sastra erotis nan menjijikkan yang sedang ramai di beberapa platform. Sebab FLP punya visi yang jelas: karya untuk pencerahan. Bukan untuk menghancurkan moralitas, bukan untuk memuaskan syahwat! 

Di FLP, saya juga dibimbing untuk tidak sekadar menulis, tetapi juga berkontribusi melahirkan penulis-penulis baru. Karena itu, pengkaderan dan organisasi di FLP sangat rapi. Saya tidak hanya berpikir membesarkan diri sendiri, tapi bagaimana ikut andil membesarkan penulis-penulis lain, melalui berbagai program internal yang telah dirancang. 

Bayangkan, jika saya menulis satu buku, maka buku itu katakanlah hanya bermanfaat bagi 2.000 orang. Namun jika saya turut berkontribusi dalam kerja melahirkan 100 penulis baru, lalu tiap penulis menghasilkan buku yang dibaca 2.000 orang, maka ada 200.000 yang akan mendapatkan manfaatnya. Itu artinya, insyaallah pahala kebaikan yang akan saya dapatkan juga semakin besar. 

Kira-kira bagaimana jika sebaliknya? Jika yang saya tulis adalah karya-karya seronok dan vulgar? Apa yang saya dapatkan? Uang? Kalau hanya uang, ke mari, saya ajari bisnis saja. Daripada susah-susah belajar menulis, yang ujungnya menumpuk dosa dan melipatgandakannya! 

Jangan salah pilih, ya! 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

2 Responses to "Jangan Salah Pilih Komunitas Menulis"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel