Der Judenstaat, Buku yang Menjadi Pemicu Aksi Zionisme
Pada mulanya kaum Yahudi tak punya negara. Mereka hidup berpencar dan menyebar di negara-negara Eropa dan Amerika seperti Prancis, Argentina, Brasil, Inggris, dan Amerika Serikat. Di negara yang disebut terakhir, dikutip dari dakwatuna.com, populasi kaum yahudi mencapai 40% dari total populasi di seluruh dunia.
Tahun 1896, tulis Fachrul Khairuddin dalam laman kompasiana.com, seorang tokoh Yahudi bernama Theodore Herzl, menulis sebuah buku berjudul Der Judenstaat. Kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, artinya adalah Negara Yahudi. Di buku itulah, Herzl menuangkan gagasan dan cita-citanya untuk mendirikan negara buat kaum Yahudi. Dan ia menyebut dengan gambalang, bahwa tanah yang akan mereka rebut adalah tanah Palestina.
Dalam buku Der Judenstaat, Herzl juga dengan sangat agitatif, memaparkan strategi-strateginya untuk mewujudkan cita-cita mendirikan negara bagi kaum Yahudi. Termasuk kepada siapa ia harus melobi dan meminta bantuan. Herzl tak hanya berhenti pada kata-kata, ia mulai membangun gerakan zionisme dan melakukan upaya-upaya persuasif untuk mencaplok Palestina.
Mulanya, ia membujuk Sultan Abdul Hamid II, khalifah Turki Utsmani saat itu, namun gagal. Maka, ia mulai melakukan propaganda dan bersekongkol dengan negara-negara lain untuk meruntuhkan kehilafahan Turki Ustmani. 16 tahun sebelum akhirnya kekhilafahan Turki Utsmani benar-benar runtuh, Herzl telah lebih dahulu mati. Tetapi cita-citanya tidak pernah mati.
Der Judenstaat menjadi nyala bagi "perjuangannya". Chaim Weizmann, adalah tokoh berikutnya yang melanjutkan ide zionisme yang telah digagas Herzl. Setahun setelah kematian Herzl, Negara Yahudi benar-benar berdiri.
Padahal, di depan Kongres I Zionis, sebagaimana dirilis dari voa-islam.com, Herzl pernah menyampaikan pidato berapi-apinya, "…Akan aku dirikan sebuah Negara Yahudi. Jika aku mengatakan itu hari ini, mungkin seluruh dunia akan menertawakanku. Atau bisa jadi 5 dalam tahun. Namun yang pasti adalah dalam 50 tahun setiap orang akan menyaksikannya." Tidak butuh 50 tahun bagi Herzl untuk merealisasikan mimpinya, yang tertuang dalam Der Judenstaat.
Herzl dan bukunya mungkin banyak dihujat, namun pelajaran penting yang harus diambil adalah, betapa sebuah buku bisa mengubah dunia, mengubah peradaban. Der Judenstaat dan mimpi-mimpi Herzl mungkin menginspirasi perang dan penjajahan, tetapi ia telah mengabarkan kepada kita bahwa pekerjaan besar membangun peradaban, bisa dimulai dari sesuatu yang sederhana: angan-angan dan tulisan!
0 Response to "Der Judenstaat, Buku yang Menjadi Pemicu Aksi Zionisme"
Posting Komentar