Jumat Berdarah di Deir Yassin
Rafif Amir*
Sebanyak 254 orang dibantai tanpa ampun oleh kelompok paramiliter Zionis, Irgun dan Lehi di Deir Yassin, sebuah desa di sebelah barat Baitul Maqdis.
Jumat subuh hari, tepat 9 April 1948, gerombolan fundamentalis yang dipimpin Menachem Begin dan Yitzhak Shamir melakukan teror yang keji dan biadab.
Mereka menembak membabi-buta, membunuh, memutilasi, dan memperkosa. Lusinan pria diarak melintasi Yerussalem dan dieksekusi di dekat lahan tambang.
Sepertiga penduduk desa meregang nyawa. Sisanya, terpaksa melarikan diri dari amukan setan-setan Zionis.
Kesaksian tentang kekejian mereka terlampau banyak. Bukan hanya oleh para penyintas, tapi juga oleh tentara Zionis sendiri.
"Seorang pria (menembak) peluru ke leher saudara perempuan saya, Salhiyeh, yang sedang hamil sembilan bulan," kenang Haleem Eid, salah satu warga desa yang selamat dari peristiwa itu.
"Perempuan dan anak-anak ditelanjangi, dibariskan, difoto, dan kemudian dibantai dengan tembakan otomatis dan para penyintas menceritakan tentang kebinatangan yang lebih luar biasa,” demikian menurut laporan delegasi Inggris ke PBB. “Mereka yang ditawan diperlakukan dengan kebrutalan yang merendahkan martabat.”
Sejarawan Israel Benny Morris mengatakan bahwa Zionis “menggeledah dengan tidak hati-hati, mencuri uang dan perhiasan dari para penyintas dan membakar mayat-mayatnya. Bahkan mutilasi dan pemerkosaan pun terjadi.”
“Saya tidak akan memberi tahu Anda bahwa kami berada di sana dengan mengenakan sarung tangan anak-anak. Rumah demi rumah... kami memasang bahan peledak dan mereka melarikan diri. Sebuah ledakan dan terus berjalan, sebuah ledakan dan terus berjalan dan dalam beberapa jam, separuh desa tidak ada lagi,” kata Zettler, salah satu komandan Lehi.
Seorang perwakilan Palang Merah yang memasuki Deir Yassin pada 11 April melaporkan melihat sekitar 150 mayat ditumpuk secara sembarangan di sebuah gua, sementara sekitar 50 orang dikumpulkan di lokasi terpisah.
Ilan Pappe dalam bukunya The Ethnic Cleansing of Palestine menyebut pembantaian itu sebagai bagian dari strategi pembersihan etnis yang sistematis oleh para politikus Yahudi untuk mengusir penduduk Arab demi masa depan negara Israel.
Deir Yassin benar-benar porak-poranda. Tak cukup dengan membunuh sepertiga penduduknya, rumah-rumah, masjid, dan sekolah juga diledakkan dan dibakar.
Namun tragedi itu baru permulaan. Permulaan dari penjajahan brutal dan genosida yang berlangsung sampai sekarang.
Menachem Begin yang kelak menjadi Perdana Menteri Israel 1977-1983, orang yang paling bertanggung jawab dalam pembantaian keji itu sebagaimana dikutip The Guardian mengaku, "...bahwa tanpa Deir Yassin tidak akan ada Israel."
Benar saja, pembantaian Deir Yassin menjadi gerbang pembuka bagi tragedi Nakba, penghancuran dan pengusiran besar-besaran bangsa Palestina sebulan setelahnya. 15 Mei 1948, sejarah mencatatnya. Tiga perempat penduduk Palestina diusir paksa dari tanah airnya, 500 kota dihancurkan, dan 15.000 orang dibunuh dengan brutal.
Sidoarjo, 3 April 2024
*) Founder Palestina Kita
bit.ly/palestinakitawa
0 Response to "Jumat Berdarah di Deir Yassin"
Posting Komentar