Keampuhan Membaca
Di sepanjang hampir seluruh jenjang pendidikan, kita diajari membaca terutama untuk mencari informasi, bukan untuk memahami bahwa membaca berpengaruh positif terhadap kreativitas. Kita banyak diajari “cara ampuh untuk membaca” bukan “keampuhan membaca”. (Jordan E Ayan)
Ada banyak cara ampuh agar semangat membaca tumbuh. Tetapi tidak
ada yang lebih ampuh daripada mengetahui keampuhan membaca.
Kita kerap mengenal bahwa buku
adalah jendela dunia. Tapi sayangnya, kita merasa masih bisa menghirup udara
segar kehidupan tanpa buku, tanpa membaca. Lalu buat apa membaca?
Kita hanya disuruh membaca agar
pintar, agar kaya informasi dan pengetahuan, agar menjadi yang terbaik di kelas. Atau karena tuntutan sebagai dosen,
guru, pelajar, mahasiswa.
Pernahkah kita berpikir untuk
menemukan sesuatu yang "wow", yang membuat kita melompat dan segera
mengambil buku. Lalu mulai membaca.
Filsuf Jerman, Arthur Schopenhauer
mengatakan, "Membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain
bukan pikiran kita sendiri."
Membaca membuat kita terbiasa
melihat dari perspektif orang lain. Buahnya adalah kebijaksanaan. Seperti Buya
Hamka ketika ditanya, kenapa dulu tidak ikut qunut tapi sekarang justru
mengimami dengan qunut. Kata Buya, "Dulu aku membaca satu kitab, tapi
sekarang sudah ratusan kitab kulahap."
Bayangkan sebuah perpustakaan
yang menampung banyak buku, menampung banyak buah pikiran, berbagai sudut
pandang dan analisa, bermacam hikmah dan cerita. Perpustakaan lebih hebat dari
ruang seminar atau konferensi kelas dunia. Di dalamnya bahkan, kita bisa
bertegur sapa dan bercakap-cakap dengan para penulis yang telah terkubur lama
di alam baka. Buku mengabadikan hidup mereka.
Pernahkah pula kita berpikir,
bahwa membaca adalah upaya kita untuk tetap menjadi manusia. Binatang menyimak
dan berbicara dengan cara dan bahasa mereka. Tapi binatang tidak membaca.
"Iqra bismirabbika", itulah hakikat kemanusiaan yang pertama. Tentu
kita tak ingin disejajarkan dengan binatang, bukan?
Hanya orang-orang yang malas
berpikir yang malas membaca. "Afala yatafakkarun," kata Alquran.
Orang yang malas berpikir telah mengkufuri nikmat akal yang dikaruniai Tuhan.
Lalu masih pantaskah ia meminta pada Tuhan?
Cobalah membaca saat pagi, siang,
dan malam hari. Seperti engkau makan. Lalu rasakan, adakah hidupmu semakin
sempit atau justru semakin lapang? Tunjukkan pada saya, adakah mereka yang
gemar membaca hidupnya menjadi sengsara. "Asalkan bersama buku, aku
bahagia," kata Bung Hatta saat di pengasingan. Beliau membawa serta
berpeti-peti koleksi bukunya sebagai teman pelipur lara.
Lalu, apakah lagi yang
menghalangimu dari membaca buku? Sebuah buku yang hanya seharga 50.000 telah
menaikkan derajat kemanusianmu, mengajarkanmu ilmu dan kebijaksanaan, menjadi
sahabat terbaik di segala macam keadaan, membuatmu bahagia.
Di manakah kau bisa membeli itu
semua?
0 Response to "Keampuhan Membaca"
Posting Komentar