Best Seller Bukan Tujuan


Jika niat kita menulis hanya ingin dapat uang, menurut saya, itu terlalu kecil. Apalagi hanya mengharap popularitas dan pujian. Kecil sekali.

Ada yang jauh lebih besar dari itu: kebahagiaan dan surga. Menulis adalah jalan menuju keduanya.

Jika itu sudah menjadi tujuan, rintangan apapun akan terasa ringan. Menulis tak akan jadi beban. Rasa malas jauh-jauh disingkirkan. Gak akan ada alasan bad mood, gak ada ide, atau gak punya waktu. Baginya, menulis adalah perjuangan. Seperti perang: sampai titik darah penghabisan.

Berbeda jika tujuannya "hanya" materi. Sebentar, saya garisbawahi kata "hanya". Biar gak salah paham. Yang dikejar hanya bagaimana agar buku laku terjual. Agar best seller. Dicetak berulang-ulang.

Kalau bicara best seller, tentu bicara angka-angka. Sekian eksemplar terjual dalam rentang waktu sekian. Apakah itu sebuah jaminan, bahwa karya kita dibaca dan menginspirasi pembaca?

Tentu kalau bicara probabilitas, semakin banyak terjual, semakin banyak dibaca, semakin banyak pula yang tercerahkan. Benar. Tapi lagi-lagi, tak bisa dihitung seperti Matematika. Bahwa jika buku A terjual 100 eksemplar dan ia bisa menginspirasi 10 orang, lalu buku B yang terjual 10 eks hanya akan menginspirasi 1 orang. Belum tentu. Bisa saja, 10 orang yang membaca itu terinspirasi semua. Dan 10 orang itulah yang akan menyumbang pahala buat kita.

Best seller tentu impian semua penulis, termasuk saya. Tapi menjadikannya satu-satunya tujuan hanya akan mengecewakan. Karena kenyatannya, sebagian besar buku yang pernah terbit, tidak best seller.

Kalau ada 100 orang yang membeli dan membaca karya kita, kita bahagia. Kalau 10 orang, kita tetap bahagia. Kalau 1 orang, tak berkurang kebahagiaan kita. Karena kita berharap: 1 orang itu, yang akan menjadi jalan lapang bagi kita, menuju surga.

Ini mirip seperti ketika saya mengisi sebuah acara. Panitia berkali-kali minta maaf, karena pesertanya sedikit. Saya bilang, buat apa jumlah yang banyak, kalau semua yang hadir hanya mendengar lewat telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri. Lebih baik sedikit, tapi benar-benar menyimak, lalu menjadi ilmu yang bermanfaat.

Kalau bisa best seller dan banyak yang terinspirasi, tentu jauh lebih baik. Hanya ingat, saat itulah godaan baru dimulai. Merasa besar dan tinggi. Ini bisa menghancurkan seketika, istana indah yang telah kita bangun di surga.

Sidoarjo, 7 Juni 2020

sumber gambar: vox.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Best Seller Bukan Tujuan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel