Indonesia di Persimpangan Jalan
Selepas bubarnya Masyumi, sifat kritis Natsir tak pernah hilang. Buku ini yang sepertinya berasal dari makalah atau tulisan formal beliau merekam konsistensinya untuk membela perjuangan politik umat Islam. Dalam buku yang tidak diketahui penerbitnya ini, Natsir dengan terang mengkritik Soeharto yang memberlakukan asas tunggal. Natsir juga menyebutkan bahwa penguasa sedang berusaha memberangus dua partai kompetitornya dengan cara yang halus. “Akan makin terasalah bagaimana kedua parpol (PPP dan PDI) merupakan dua partai yang masih ditolerir oleh fihak penguasa, tetapi sedang mengalami proses eliminasi (untuk menghilangkan) secara berangsur-angsur. Kalu pun tidak akan hilang sama sekali, adanya kedua parpol itu akan sam dengan tidak adanya. Yang sebenar-benar ada ialah Partai Pemerintah Golkar" (Halaman 12)
Mengenai gagasan asas tunggal Soeharto yang dikemukakan tanggal 16 Agustus 1982, Natsir bereaksi keras agar jangan sampai itu menjadi ketetapan MPR. Natsir juga dengan lantang bersuara bahwa pers dan media massa tidak lagi merdeka, segala sesuatu yang berbau kritik terhadap pemerintah langsung “diamankan”. Begitu pula dengan ceramah dan khotbah yang diawasi dengan sangat ketat.
Di bagian akhir buku ini, Natsir menghimbau kepada Soeharto, anggota DPR, Ketua MA, para cendikiawan dan alim ulama untuk segera menginsafi agar jangan sampai cara-cara orde lama berulang, jangan sampai penguasa menabrak undang-undang, dan kepada para ulama agar jangan diam melihat kebatilan.
Rafif, 30 Maret 2015. 20.00 wib
Review Indonesia di Persimpangan Jalan.-. 27 halaman. Karya M. Natsir
0 Response to "Indonesia di Persimpangan Jalan"
Posting Komentar