Fiqhud-Da'wah


Banyak buku yang membahas tentang fiqih dakwah, namun buku ini berbeda. Selain karena ditulis oleh seorang tokoh Islam yang namanya telah mendunia, dalam buku ini juga dijelaskan secara gamblang tentang hakekat dan kewajiban dakwah serta bagaimana mempersiapkan diri untuk berdakwah. Tidak hanya itu, dijelaskan pula ujian-ujian apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan tugas mulia dari yang Maha Mulia ini. Dilengkapi lampiran surat-surat Rasulullah kepada para raja dan kepala negara, yang bisa kita teliti dengan cermat untuk mempelajari bagaimana Rasulullah berdakwah dengan tulisan.

M. Natsir menjelaskan pula kepada kita, para da’i, bahwa betapa beragamnya objek dakwah kita. Secara garis besar, beliau mengutip apa yang disampaikan Syaikh Muhammad Abduh, bahwa setidaknya ada tiga golongan besar umat ini. Pertama, golongan cerdik-cendikiawan, yang mencintai kebenaran dan cukup diseru dengan “hikmah”, yaitu dalil dan hujjah yang dapat diterima akal. Kedua, golongan awam, yang harus diseru dengan “mauidzatul hasanah”, dengan anjuran yang baik-baik dan ajaran yang mudah dipahami. Ketiga, golongan diantara awam dan cerdik-cendekiawan, mereka diseru dengan “mujadalah billati hiya ahsan” yakni diskusi atau tukar pikiran. (Hal. 162)

Sebagaimana Abbas As-Sisi, M. Natsir dalam buku ini, menekankan kepada kita sebagai da’I, bahwa hati adalah kunci utama kita dalam memikat objek dakwah. Betapapun kita menggunakan cara-cara yang canggih dan mutakhir, atau teori-teori yang telah dikemukakan oleh banyak ilmuwan muslim, akan tetapi jika hati sang penyeru “bermasalah” maka akan sulit sekali apa yang didakwahkan akan meresap ke dalam hati para objek dakwah. “Kelincahan lidah dan kata-kata,” tulis M.Natsir di hal.274, “dapat mencapai telinga orang banyak. Paling banyak kata dan gaya dapat memukau dan mempesona si pendengar sebentar waktu. Akan tetapi hati hanya dapat dipanggil dengan hati. Dan hati yang ber-“penyakit”, adalah hati yang “sakit”, yang tak berdaya untuk memanggil dan menggerakkan hati orang lain secara positif. Begitu undang-undang yang berlaku di dalam ruhani.”

Saya teringat banyak kisah yang saya baca, para ulama salaf, ketika berdakwah, bahkan kepada seseorang yang sedang mabuk, cukup hanya dengan satu kalimat saja, si pemabuk dibuat tersadar dan bertaubat. Mungkin inilah kekuatan hati, keikhlasan, integritas, dan kebeningan hati sang penyeru yang menembus bak anak panah, menuju sasaran, dan seketika bisa merubah keadaan. Tentu dengan hidayah Allah Swt.

Rafif, 17 November 2014. 06.55 wib
Review Fiqhud-Da’wah. Ramadhani,1981. 295 halaman. Karya M. Natsir

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Fiqhud-Da'wah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel