Imajinasi Penulis Fiksi


Budi Darma mengisahkan, suatu ketika dalam perjalanan naik kereta api dari Madiun menuju Surabaya, tiba-tiba ia merasa seolah-olah melihat pesawat terbang. Padahal ia yakin pesawat terbang itu tidak ada. Tetapi ia benar-benar seperti melihat peswat terbang lewat indera penglihatannya. Ia terus mengikuti jejak pesawat terbang itu sampai kemudian hilang dari pandangan.
Dari khayalan pesawat terbnag itulah, Budi Darma kemudian menciptakan sebuah cerpen berjudul Dua Laki-Laki. Cerpen tersebut dimuat majalah Horison, April 1974 dan juga telah diterbitkan dalam kumcer Laki-Laki Lain dalam Secarik Surat (Bentang, 2008)

Saya tidak ingin menceritakan isi cerpen tersebut, yang hendak saya bahas adalah tentang imajinasi seorang sastrawan sekaliber Budi Darma yang sanggup menembus batas khayal dan nyata.

Kekuatan imajinasi, menurut penulis Olenka ini, identik dengan kepekaan seorang pengarang. Sehingga semakin diasah kepekaan seorang pengarang maka imajinasi akan hadir dengan sendirinya. Seperti sesuatu yang menyeruak tiba-tiba dan tergambar di otak sebagai sebuah peristiwa lain yang tak sanggup ditangkap oleh indera penglihatan.

Peter Ward, dalam film Dream House, menyuguhkan kisah lain tentang kekuatan imajinasi. Ia adalah seorang penulis fiksi yang dituduh psikopat dan telah membunuh kedua anaknya. Ia mengubah namanya menjadi Will, dan di dalam rumah tempat ia dahulu berkumpul bersama istrinya, Billy, serta kedua anaknya, ia memulai kisah hidup yang dibangun dari serpihan imajinasi ini.

Ia seolah-olah bahkan merasakan Billy dan kedua anaknya masih hidup, bahkan berbincang dan tertawa bersama mereka. Ia merasa hidup berjalan normal, layaknya keluarga utuh dan harmonis. Sampai suatu ketika ia menyadari ada seseorang yang selalu mengintip ke dalam rumahnya. Ia berusaha menyelidiki, menghubungi polisi.

Ia tidak percaya saat polisi menunjukkan gambar rekaman dirinya di sebuah tempat rehabilitasi, dirinya yang sekaligus dijadikan tersangka pembunuh dua anak kecil yang tak lain adalah anaknya sendiri.

Perlahan ia sadar, selama ini ia hidup di dunia imajinasi, dunia yang dibangun dari kenangan alam bawah sadar serta kerinduan yang begitu dalam terhadap keluarga.

Kepekaan yang sempurna, saat ia mampu menghidupkan sesosok yang telah tiada menjadi seakan-akan ada. Dan bahkan ia yakini keberadaannya. Peter Ward tidak hidup di dunia nyata, sekian lama ia hidup di dunia imajinasi yang ia ciptakan sendiri. Ia pengarang dan ia berhak akan hal itu.

***

Kekuatan imajinasi seseorang berkaitan bahkan berbanding lurus dengan tingkat kepekaan, begitu kata sang profesor, tapi saya ingin menambahkan, bahwa cinta adalah pemicu kepekaan itu.

Seseorang yang mencintai sesuatu akan cenderung mengamati detil. Dari sanalah kepekaan lahir. Kecenderungan untuk intens mengamati hal detil, untuk mengulang-ulang kebiasaan, kegemaran, hobi.

Budi Darma dikenal sebagai penulis fiksi "horror" atau paling tidak seperti kata Harry Avelling, "cerita yang menakutkan". Budi Darma sendiri mengaku sering sekali mendapatkan inspirasi aneh, mistis, juga imajinasi-imajinasi yang mungkin bagi sebagian orang terlihat seram dari hal-hal yang biasa. Dan saya langsung menebak, meskipun saya tidak mengenal kebiasaan beliau, bahwa Budi Darma adalah pecinta sekaligus penikmat film-film thriller, horror, dan sejenisnya. Mungkin.

Hal yang serupa dialami oleh Peter Ward dalam Dream House yang telah saya kisahkan di atas. Ia menjadi sangat peka karena cinta yang mendalam terhadap keluarganya. Imajinasi itu semakin kuat saat ia mendapatkan hampir setiap kenangan dalam setiap yang hadir di "rumah impian" itu. (@RafifAmir)

Sumber Gambar idwriters.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Imajinasi Penulis Fiksi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel