Meminjam Buku Tapi Tak Dibaca Sama Sekali, Akhirnya Jadi Koleksi Pribadi



Siapa yang pernah melakukan ini? Hayo, ngacung jangan malu-malu. Hehe. Saya pun pernah. Eh, maksudnya, pernah meminjam buku dan tidak dibaca sama sekali. Tetapi tidak untuk jadi koleksi pribadi, kok.

Kata guyonan yang banyak beredar, “Hanya orang bodoh yang mau meminjamkan bukunya, tetapi lebih bodoh lagi orang yang meminjam buku lalu mengembalikannya.” Wah, kalau kemudian anekdot ini dibuat serius, bakal lebih banyak lagi buku yang tidak kembali tuh.

Saya sendiri sudah beberapa kali kehilangan buku koleksi favorit. Lupa kapan dan siapa yang meminjam. Tiba-tiba ketika butuh, dicari di rak tidak ada. Mencarinya lagi lumayan susah, karena sudah cukup langka. Beruntung dengan perjuangan tak kenal lelah, saya mendapatkan kembali buku-buku yang “hilang” itu.

Sekarang, saya membuat aturan ketat untuk buku-buku koleksi pribadi saya. Ada buku yang bisa dipinjam, ada yang tidak boleh dipinjam. Buku-buku yang boleh dipinjam pun, tidak gratis. Ya, bisa dibilang disewakan. Buku-buku tersebut saya masukkan ke dalam rak khusus yang mudah dijangkau.

Harga sewa per buku paling mahal seribu rupiah per hari. Bebas, mau sewa berapa hari. Kalau terlambat, tetap dikenakan tarif seribu per hari. Ini agar orang-orang yang meminjam punya target untuk menuntaskan buku-buku tersebut. Kalau pinjam bawa pulang tanpa biaya, mereka akan berleha-leha dan malas membaca. Para peminjam juga saya minta menyerahkan KTP atau identitas lainnya sebagai jaminan.

Saya catat identitas mereka di buku tulis khusus, termasuk buku apa saja yang mereka pinjam dan kapan tanggal kembali yang disepakati. Ada peminjam yang sampai 4 bulan baru mengembalikan buku. Kalau ditotal dendanya sekitar 300 ribu. Tapi saya tidak tega, akhirnya saya ambil sepertiganya saja.

Memang mudah saat meminjam, tapi berat saat mengembalikan. Ada banyak faktor. Tapi faktor yang paling sering dialami biasanya karena buku belum tuntas dibaca. Atau malah lupa pernah meminjam buku itu. Atau lupa ditaruh dimana. Semangat membaca hanya di awal, ketika pertama kali meminjam. Setelah sampai di rumah, banyak kesibukan yang lebih menggairahkan.

Jadi, belum tentu para peminjam buku itu adalah pembaca buku. Pembeli buku juga belum tentu pembaca buku. Pembaca buku biasanya juga pembeli buku, tetapi belum tentu peminjam buku. Seperti saya, sudah hampir tidak pernah lagi meminjam buku. Mungkin karena hutang buku yang belum dibaca di rumah ada ribuan ya?

Anekdot lain mengatakan, konon asalnya dari pesantren, “Buku itu ibarat istri. Di dunia ini, mana ada orang yang meminjamkan istrinya?” Hehe, benar juga ya. Bagi saya, buku sudah seperti istri kedua. Sangat sayang kalau sampai hilang begitu saja. Apalagi buku-buku bagus yang sangat langka.

Jangankan dipinjam, dibeli dengan harga mahal pun, saya masih pikir-pikir seribu hingga sejuta kali.

Saya menyarankan kepada teman-teman untuk menjaga buku koleksinya baik-baik. Jangan dipinjamkan cuma-cuma. Kalau memang mereka butuh, masih banyak jalan menuju Roma. Saya pernah membantu seseorang yang butuh koleksi buku langka karya Buya Hamka untuk thesis S2-nya. Saya punya, tapi tak hendak saya pinjamkan. Jadi saya bantu untuk men-scan dan mengirimkan padanya melalui email. Terkadang saya juga menawarkan untuk difotokopi, atau boleh berkunjung ke tempat saya dan membaca sepuasnya. Boleh sambil difoto sesuka hati.

Kalau memang sudah dipinjam dan tak kembali-kembali, sementara kita ingat siapa peminjamnya, ditagih saja. Tak perlu sungkan, karena itu memang hak kita kan? Kalau memang mengikhlaskan ya tidak apa-apa dan tinggal beli lagi jika buku tersebut memang masih banyak beredar di pasaran.

Tetapi belum tentu buku kita yang dipinjam itu akan bermanfaat. Bisa jadi malah tidak dibaca. Digeletakkan begitu saja. Lalu beberapa lama kemudian dijual bersama kertas-kertas lainnya di loakan. Tragis, kan?

Jika tidak kembalikan, lalu menjadi koleksi pribadi, masih mending itu. Tapi ya tetap tidak boleh! Setiap apa yang kita pinjam harus kita kembalikan pada pemiliknya. Bagaimana jika ia butuh? Bagaimana jika ia mencari-cari? Tanpa sadar kita sudah mendzaliminya.

Nah sekarang, kita cek lagi di rak buku koleksi pribadi, adakah buku yang sebenarnya bukan milik kita? Jika ada, yuk segera kembalikan. Dan tolong ingatkan saya juga, jika kamu membaca tulisan ini dan bukumu ternyata pernah saya pinjam namun belum kembali. Sebab, bisa jadi saya atau teman-teman pun pernah mengalami, saking lamanya buku itu mengeram di rumah kita, lalu kita lupa: buku ini, milik siapa? [rafif]


sumber gambar: hipwee.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

4 Responses to "Meminjam Buku Tapi Tak Dibaca Sama Sekali, Akhirnya Jadi Koleksi Pribadi "

  1. Mantap kak, ini curhatan para kolektor buku bgt. Jadi nggak salah dong kita tidak bersedia meminjamkan buku, karena ya ada banyak risiko. Sebagai org yg tdk ingin kehilangan bukunya, tentu aku pun jg berhati2 jk meminjam buku orang lain.

    BalasHapus
  2. Jadi ingat, beberapa buku kesayangan hilang. Kalau diingat-ingat ada yang pinjam dan nggak kembali. Ya sudah dianggap hilang jadinya.

    BalasHapus
  3. Sekilas pemilik buku sadis sekalle..hehe..
    Tp emg kudu gitu x ya biar buku2 kita selamat. Sy jg paling sakit hati klo buku2 sy g kembali. Pernah ada yg kembali tp patah. Pdhal buku itu mah baru dan mulus..hikss...

    BalasHapus
  4. Aku ga mau minjamin buku, soalnya suka ga dibalikin. Dan itu suka lupa aku siapa yg minjamin

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel