Hancurnya Proses Berpikir Gara-Gara Google



Buku The Shallows milik saya masih terpajang di rak, masih tersegel. Sudah lama saya ingin membacanya. Keinginan itu semakin menguat hari ini. Apalagi saya sedang menyiapkan presentasi di dua tempat dalam waktu dekat. Temanya sama: literasi di era digital.

Saya langsung buka daftar isi. Satu bab mencuri perhatian saya. Judulnya “Gereja Google”. Saya baca cepat. Ada sekitar 32 halaman. Saya penasaran isinya. Saya berharap akan menemukan banyak kejutan. Saya baca sambil berdiri. Sekali-kali berjalan kecil. Saya telusuri ide atau informasi penting yang disampaikan penulis.

Tetapi saya belum menemukan sesuatu yang membuat mulut saya harus berkata “wow!”. Kecuali satu, google pernah dimejahijaukan karena membajak ribuan buku untuk google book. Google ingin benar-benar sempurna. Ia seolah menjadi raksasa pengetahuan. Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa Google adalah Tuhan, sebagian lagi  mengatakan google adalah setan.

Saya teruskan membaca hingga akhir. Saya berpikir. Saya menemukan pesan dari tulisan panjang Nicholas Charr. Google telah menghancurkan proses berpikir kita. Google telah menghancurkan ruang untuk kontemplasi, untuk membuat temuan-temuan pikiran dari proses perenungan. Semua menjadi sangat instan. Ini seperti ketika dulu di sekolah kita belajar matematika, tetapi kalkulator menjadikan otak kita berhenti bekerja.

Kesuksesan Google bisa menjadi surga bagi ilmu pengetahuan sekaligus petaka karena revolusi cara berpikir yang ditimbulkannya. Dan kata Ari Schulman, perubahan pada pikiran menyebabkan perubahan pada otak. Padahal otak tidak sama dengan komputer. Otak memiliki hirarkinya sendiri. Begitu rumit dan tak akan mungkin dapat ditiru. Jadi Google tidak akan mungkin sampai pada level kesempurnaan sebagaimana otak buatan Sang Pencipta.

Saya masih harus membaca buku ini sampai tuntas untuk mendapatkan temuan-temuan yang menghentak. Sebagaimana yang tertulis dalam teaser di cover belakang, bahwa sampai kapanpun membaca buku cetak tak akan pernah tergantikan. Internet, google, media sosial, hanya akan membuat kita terbiasa berpikir dangkal.

Internet tentu saja memudahkan. Kita senang karena tujuan kita tercapai dalam waktu singkat. Tetapi untuk kemudahan dan kesenangan itu, ada harga yang harus kita bayar. Ini sebagaimana produk teknologi lainnya. Ada dampak positif, tetapi juga ada dampak negatif. Bohong kalau dikatakan semua memberikan efek positif.

Lalu apa saja dampak negatif dari internet dan google bagi kehidupan kita? Kita akan menemukan lebih banyak lagi, setelah menutup tulisan ini, dan mulai berkontemplasi. 5 menit saja.[rafif]

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Hancurnya Proses Berpikir Gara-Gara Google"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel