Melejitkan Minat Baca, Sastra, dan Berbahasa Indonesia

Apa sesungguhnya tujuan membaca? apa sesungguhnya yang membikin orang tertarik untuk membaca? tentu ini akan menjadi bahan diskusi yang panjang, apalagi jika dihubungkan dengan minat baca masyarakat Indonesia yang konon sangatlah rendah.

Ajip Rosidi, dalam "Sebuah Pengantar Kepada Kesusasteraan Indonesia" secara tersirat mengungkapkan bahwa sebagai besar orang membaca prosa sebagai hiburan. Meski ada juga yang menjadikannya referensi untuk studi-studi lintas bidang, seperti psikologi, filsafat, sejarah, dan lain sebagainya. Seperti Grotta Azzura karya STA misalnya, tidak mungkin novel tebal ini dapat menghibur pembacanya, karena dialog-dialog dan narasinya penuh sesak oleh pemikiran-pemikiran berat yang sengaja dijejalkan oleh pengarang.

Inilah kemudian yang turut membidani lahirnya dua blok dalam karya fiksi; sastra dan populer. Jika pada cerpen dan novel populer cerita dapat dengan mudah "dikunyah", bersifat menghibur dengan bahasa sederhana, pada karya sastra, kata Ajip, cerita mencoba melukiskan kenyataan hidup, yang dituangkan dalam bahasa yang indah, bertujuan memperkaya rohaniah serta membentuk pribadi pembaca.(hal 28)

Namun demikian, batas antara sastra dan populer terkadang juga sangat relatif. Bahwa suatu karya itu disebut sastra atau populer tidak semata-mata tergantung kepada hal-hal yang telah disebutkan di atas, tidak hanya pula berdasar itikad si pengarang, pretensi penulisannya, akan tetapi juga bergantung pada sikap si pembaca. Seseorang yang membaca sebuah karya hanya dengan tujuan sebagai hiburan, maka ia tidak akan menemukan nilai-nilai tinggi ataupun kebijaksanaan dalam karya sastra yang paling "nyastra" sekalipun. Sehingga ia, kata Ajip, hanya membuang-buang waktu saja.

Berikutnya, di dalam "Mengajarkan Sastra Prosa di Indonesia", Sastra, menurut Ajip, hendaknya diajarkan secara khusus dan mendalam. Kalau perlu ada tersendiri guru sastra dan jangan digabung dengan guru bahasa Indonesia. Dengan membaca karya sastra, mereka tidak hanya akan menemukan kepuasan dalam ketegangan mengikuti alur cerita saja, melainkan menemukan butir-butir kebijaksanaan, yang menyebabkan mereka akan menjadi lebih arif tentang hidup, lebih mengetahui tentang manusia, tentang rahasia-rahasia ada dan tidak ada, tentang hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan yang gaib. Pendeknya menyebabkan mereka menajdi lebih luas kaki-kaki kesadaran kemanusiannya; dan lebih mendalam pula pengertiannya tentang eksistensi dirinya di tengah alam semesta. (Hal. 229)

Meski pendidikan formal, sebenarnya tidak dapat menjamin menjadi sarana untuk mencurahkan segenap ilmu pengetahuan dan kebijaksana. Karena menurut hasil penelitian, pengetahuan yang diperoleh seseorang dari sekolahnya selama kurang lebih enam belas tahun, hanyalah sekitar 15% saja dari pengetahuan yang diperlukan dan dikuasainya dalam hidup. (Hal.75)

Lalu darimana yang 85%? dari luar sekolah melalui bahan bacaan baik buku, majalah, surat kabar, dan internet. Juga dari pengalaman pribadi dan orang lain.

Book Review #65. Review Pembinaan Minat Baca, Bahasa, dan Sastra. Ajip Rosidi. Bina Ilmu, C1, 1983. 328 halaman. Selesai baca pada 2015

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Melejitkan Minat Baca, Sastra, dan Berbahasa Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel