Muslim, Bacalah!



Bacalah. Bacalah dengan nama Tuhamu yang menciptakan. Itulah ayat yang pertama kali turun. Sebagai muslim, kita semua sudah mafhum. Sudah berkali-kali mendengarnya dari lisan ustadz, kyai, atau guru agama semenjak SD. Tetapi ayat itu tampaknya sekadar didengar. Minim pengamalan.

Kenyataannya, minat dan gairah muslim Indonesia untuk membaca tak kunjung membaik. Mereka yang memiliki pemahaman Islam yang baik pun menjadikan membaca sekadar sambilan, pengisi senggang yang paling lengang. Mungkin seminggu sekali. Tak jarang sebulan sekali, atau tidak sama sekali.

Alasannya klise. Tak ada waktu. Gak kuat baca lama-lama. Mesti ngantuk kalau membaca. Dan segudang alasan lainnya. Padahal intinya, karena memang tak memiliki dorongan kuat untuk membaca. Malas. Itu satu kata yang paling tepat. Lebih senang menonton video di youtube atau tayangan-tayangan televisi yang menghibur. Atau membaca chat-chat berpuluh-puluh hingga beratus-ratus yang kadang tidak ada manfaatnya.

Membaca belum menjadi kebutuhan seperti makan dan minum. Padahal seharusnya bisa. Dan kalau kita belajar, sejatinya memang demikian. Bacaan adalah nutrisi bagi akal sebagai makanan, menjadi asupan bagi badan. Badan sehat tapi akal dibiarkan tumpul, akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam pribadi seorang muslim.

Dalam 10 muwashafat yang disebutkan oleh pendiri Ikhwanul Muslimin, Syaikh Hasan Al-Banna, ada satu poin bernama “Mutsaqaful fikr”. Luasnya wawasan. Darimana wawasan yang luas akan didapatkan kalau tidak dari membaca? Bagaimana kita akan mengetahui semua pemikiran dari para cerdik cendekia jika tidak membaca. Bagaimana kita mengetahui sesuatu itu benar dan sesuatu itu batil jika tidak membaca. Bagaimana kita tahu siapa saja pendukung kebenaran dan siapa saja pendukung kebatilan jika tidak membaca.

Oleh karena itu, Syaikh Hasan Al-Banna merekomendasikan anggota Ikhwan untuk seminimal-minimalnya memiliki perpustakaan pribadi. Bukan hanya sebagai tempat menyimpan buku-buku koleksi. Tapi juga dibaca. Diamalkan. Perpustakaan pribadi akan membangkitkan gairah untuk membaca lebih banyak, untuk membeli buku lebih banyak, untuk berlatih dan berusaha menuliskan apa-apa yang sudah didapatkan.

Bacalah. Coba kita baca berkali-kali surat Al-‘Alaq itu. dengan membaca kita akan paham. Dengan paham kita bisa beramal dengan baik. Dengan amal kita bisa meraih ridha dan cinta-Nya untuk kemudian bertemu dengan-Nya di surga. Jadi membaca adalah salah satu kunci menuju surga.

Seorang muslim harus meyakini ini dan menjalankan dengan sebaik-baiknya. Semakin banyak membaca, semakin luas cakrawala pengetahuan kita, semakin bijak dalam melihat banyak perkara. Semakin tawadhu dan merasa bahwa ilmu yang belum didapatkan masih jauh lebih banyak lagi. Buku yang belum dikhatamkan masih berjejer panjang.

Membaca tidak hanya akan membuat kita tahu dan bangga dengan agama yang kita yakini tetapi sekaligus mengetahui kelemahan musuh-musuh kita. Sehingga saat bicara tentang mereka, kita punya dasar, punya dalil, yang sekaligus memantapkan hati kita dalam kebenaran. Di situlah akal mendapatkan perannya dengan maksimal.

Baca buku apa saja. semua buku memberikan manfaat jika kita bisa memaksimalkan peran akal dengan maksimal. Berdialog dan berdiskusilah dengan apa yang kita baca. Kita bisa menulis kritik dan tulisan-tulisan sanggahan jika menemukan buku yang menyimpang. Kita akan mendapatkan penjelasan dan penguatan jika membaca buku mencerahkan. Membaca banyak buku membuat kita tahu isi kepala banyak orang, dari berbagai macam aliran dan kepercayaan. Berbagai macam karakter dan latar belakang.

Para dai yang memiliki pengetahuan luas karena membaca, tidak akan pernah garing dalam memberikan ceramahnya. Selalu ada yang baru dan segar dalam kisah-kisahnya. Ia pun lebih bijak dalam menilai seseorang. Lebih tenang dalam menyikapi orang yang berbeda pendapat. Lebih legawa saat dihujat. Bacaan akan menguatkan karakternya sebagai seorang muslim dan pendakwah di hadapan masyarakat.

Malulah jika seorang muslim kurang membaca. Seharusnya malu. Kita lihat banyak non muslim, atheis, bahkan orang-orang komunis begitu rajin dan tekun membaca. Sekelas orientalis, Snouck Hurgronje saja sampai menghafalkan Alquran dan membaca banyak literatur tentang Islam untuk mengadu domba umat Islam. Mengapa justru umat Islam enggan membaca bahkan tentang agamanya sendiri. Miris sekali. [rafif]


sumber gambar: mozaik.inilah.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Muslim, Bacalah!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel