7 Alasan Mengapa Saya Gigih Membaca

 

Sebelum menulis judul di atas, saya berpikir dan bertanya pada diri saya sendiri, benarkah saya seorang pembaca yang gigih? Apakah itu bukan label untuk sekadar berbangga-bangga? Saya, pembaca yang gigih, artinya pembaca yang membaca dalam kondisi apapun baik senang ataupun susah, baik senggang ataupun sibuk, baik butuh maupun jenuh. Saya pembaca yang gigih, artinya pembaca yang telah mengunyah banyak buku, untuk diambil saripati ilmunya, mengaliri hidupnya sehingga menjadi lebih indah, lebih cerah, lebih bercahaya. Saya pembaca yang gigih, artinya menjadikan hari-harinya senantiasa berakrab-akrab ria dengan buku, senang memandanginya berlama-lama, mengoleksinya, mencintai, dan merawatnya.

Insya Allah, semua itu telah saya lakukan. Banyak di antara saudara dan kenalan yang begitu melihat saya, menyebut saya dengan "si kutu buku". Koleksi buku saya yang membanjiri rak juga sudah berjumlah ribuan. Sementara buku-buku yang menginspirasi, mempengaruhi cara berpikir hingga mengubah sikap dan hidup saya juga sangat banyak jumlahnya.

Maka mudah-mudahan, saya adalah pembaca yang gigih, tanpa bermaksud apapun selain memotivasi diri sendiri untuk terus membaca dan memotivasi Anda semua untuk menjadi pembaca yang lebih gigih dari saya.

Lalu mengapa saya begitu bersemangat dan gigih membaca. Setidaknya ada 7 alasan yang saya rangkum dari perjalanan hidup bersama buku.

1. Sejak Kecil Saya Suka Membaca

Keakraban saya dengan buku sudah dimulai sejak kecil, Di saat jam istirahat, teman-teman saya sibuk bermain dan jajan, saya mengurung diri di perpus, asyik tenggelam dalam lautan kata-kata. Bapak saya yang seorang guru, ikut mendukung hobi saya itu. Beliau membawakanku banyak buku, membelikan majalah anak-anak dan bagi saya saat itu, itulah surga. Betapa riangnya saya saat majalah kesayangan edisi baru sudah di tangan, senang sekali.

Jadi membaca adalah kebiasaan yang sudah saya tumbuhkan sejak kecil, telah lebih dari dua dasawarsa, sehingga ia menjadi semacam rutinitas yang mengasyikkan, menggairahkan, membuat hidup ini tampak semakin indah.

2. Saya Ingin Memiliki Wawasan yang Luas

Katanya, membaca adalah seperti membuka jendela dunia. Tapi mengapa masih banyak orang yang tidak suka membaca? Bukankah dunia akan tampak indah ketika jendelanya itu dibuka lebar-lebar, agar tampak taman-taman yang menawan, warna-warna yang mengharubirukan perasaan. Pesona yang tiada tandingnya.

Saya ingin menjadi pribadi yang memiliki wawasan yang luas. Apalagi saya sebagai seorang muslim, salah satu karakteristik yang harus dimiliki adalah mutsaqaful fikri. Berwawasan luas. Sehingga saya membaca banyak buku dan lintas bidang ilmu. Saya sering kagum dengan orang-orang yang memiliki wawasan luas, sehingga ia sanggup dan cakap berbicara soal apa saja, ia ahli dan pakar dalam banyak disiplin ilmu. Saya ingin seperti mereka.

3. Saya Ingin Menjadi Penulis 

Untuk menjadi penulis tentu harus banyak membaca. Penulis yang tidak suka membaca maka tulisan-tulisannya seperti pepohonan kering yang tak sedap dipandang mata. Bagaimana ia dapat mencerahkan sementara dirinya sendiri tidak tercerahkan.

Saya sering mengibaratkan, aktivitas membaca adalah seperti air yang dituangkan dalam teko, dan menulis adalah seperti menuangkan isi teko tadi ke dalam gelas untuk diminum oleh orang lain. Jadi membaca adalah aktivitas memperkaya diri, mencerahkan diri sendiri, sementara aktivitas menulis adalah cara untuk memperkaya dan mencerahkan orang lain. Bermanfaat bagi orang lain. Air adalah kata-kata dan teko adalah diri kita, isi kepala kita.

4. Saya Ingin Mengasah Keterampilan Berbahasa

Banyak membaca menjadikan kita terampil dalam berkata-kata. Ketika berdiskusi, berdiplomasi, maupun berorasi. Semakin banyak buku yang dibaca akan semakin mudah mengolah kata-kata dan meluncurkannya begitu saja dari lisan. Terkadang darinya keluar kalimat-kalimat hikmah, kata-kata yang tanpa disadari memiliki daya mengubah dan memengaruhi.

Sejak kecil pula, saya dikenal sebagai jago pidato, meski di usia remaja, keterampilan ini sempat tenggelam seiring dengan sifat introvert saya. Tapi perlahan mulai kembali tumbuh, tentu dengan terus berlatih dan banyak membaca.

5. Saya Ingin Menyelami Pemikiran Orang Lain 

Betapa banyak pemikiran yang ada di dunia ini. Begitu banyak agama dan isme-isme yang berkembang. Begitu banyak opini dan pendapat tentang satu perkara yang sama. Semua itu ingin saya selami, ingin saya sambangi melalui karya-karya berupa buku yang mereka tulis. Maka tak jarang saya berdialog dengan satu buku, dan saya tidak selalui harus menyetujui pemikiran mereka.

Beberapa buku yang saya anggap tidak sejalan sepemikiran dengan saya, justru menjadi pemantik bagi saya untuk menulis sanggahannya. Karya melahirkan karya. Ini salah satu yang membuat saya tertarik membaca segala jenis buku, tanpa harus memilah-milahnya. Mau itu buku syiah, komunis, atheis, semua saya baca. Buku-buku itu pulalah yang seringkali menguatkan dan meyakinkan saya bahwa jalan hidup yang saya pilih saat ini adalah yang terbaik.

6. Saya Ingin Menyerap Kebijaksanaan

Konon, semakin seorang banyak membaca akan semakin bijaksana. Meski belakangan, keyakinan saya tentang hal ini runtuh, saya tetap berpendapat bahwa salah satu kunci kebijaksaan selain dari pengalaman adalah dari bacaan. Tapi tentu saja, akal dan hati tak boleh dilupakan. Selalulah meminta fatwa pada hati yang fitrah, karena di sanalah bermukim makrifat, bersemayamnya al-haq.

Membaca juga untuk memperbaiki kualitas hidup, agar menjadi pribadi yang lebih baik setelah tercerahkan oleh buku yang kita baca.

7. Saya Ingin Menemukan Kebenaran dan Mengukuhkan Keyakinan Terhadap Kebenaran

Kita dikarunia akal untuk berpikir dan hati untuk berfatwa. Maka proses menemukan kebenaran dari membaca adalah kita membaca karya apapun, kita cerna dengan akal pikiran. Kita lakukan dialog dan diskusi dengan bacaan itu, sampai kita menemukan makna atau intisari dari bacaan, kemudian dari sanalah kita mulai mengetahui apakah itu kebenaran atau bukan. Lalu, istafti biqalbak. Mintalah fatwa pada hatimu.

Catatan:
Tulisan ini saya buat sebagai syarat untuk mengikuti Reading Challange (RC) FLP Kelas SR (Super Reader). Kelas SR adalah kelas puncak, kelas pamungkas dari rangkaian RC FLP.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "7 Alasan Mengapa Saya Gigih Membaca"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel