Peran Ibu dalam Mencetak Anak Cinta Buku


Anak-anak adalah peniru ulung. Ia lebih butuh teladan daripada nasihat. Setiap yang ia lihat akan terekam kuat dalam memorinya. Ia belum sanggup berpikir, apakah itu baik atau buruk. Yang ia tahu, orang tua mereka melakukannya. Maka mereka pun melakukannya.

Betapa banyak orang tua yang ingin anaknya gemar membaca. Berapapun uang mereka keluarkan untuk membeli buku-buku anak yang mahal. Mereka berharap anak-anak membacanya lalu menjadi pandai.

Tapi harapan tinggal harapan. Di rumah, buku-buku tebal itu hanya menjadi hiasan. Anak-anak tidak menyentuhnya. Mereka tidak membaca. Mereka malas membaca karena orang tua mereka tidak membaca.

Ada riset menarik yang dilakukan Lesley Mandel Morrow, yang kemudian dimuat dalam Journal of Education Research. Riset dilakukan terhadap anak-anak di 21 kelas taman kanak-kanak. Lesley mencari anak-anak yang punya minat tinggi dan anak-anak yang punya minat rendah terhadap buku. Lalu ia menggali informasi seputar rumah dan kebiasaan ayah dan ibu mereka.


Hasilnya bisa dilihat di tabel. Peran ibu lebih signifikan daripada ayah. Tetapi keduanya sama-sama memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan minat anak pada buku. Seorang ibu yang memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca novel, 95,2% anak mereka memiliki minat yang tinggi terhadap buku. Sementara pengaruh ayah hanya 62,5%. Ibu yang menghabiskan waktu luangnya untuk nonton TV lebih banyak berpeluang menghasilkan anak yang tidak suka membaca.

Riset ini menunjukkan bahwa ibulah kunci keberhasilan seorang anak di masa depan. Dan semua dimulai dari minat yang tinggi terhadap literasi.

Dengan demikian, apakah berarti seorang ibu harus berpendidikan tinggi? Tidak mesti. Tidak harus sekolah tinggi untuk menjadi cerdas. Sebagaimana juga tidak perlu pendidikan tinggi untuk menjadi rakus terhadap buku.

Leonard Pitts, peraih hadiah Pulitzer, menulis ucapan terima kasih pada ibunya yang telah meninggal 16 tahun sebelumnya. Ibunya yang miskin dan menderita sakit jantung adalah orang pertama yang membacakannya cerita. Ibunya yang memberikan komentar terhadap karyanya, mendengarkannya membaca, membacakan buku untuknya, lalu membelikannya mesin ketik mainan saat Leonard berusia 8 tahun, membelikan mesin ketik bekas saat ia berusia 14 tahun, dan beberapa buku.

Pantas budaya membaca di Jepang begitu tinggi. Itu karena ada gerakan wajib "30 menit membacakan cerita untuk anak sebelum tidur". Para ibu melakukannya dengan baik. Kita lihat dalam tabel. 76,8% anak yang dibacakan buku menunjukkan minat yang tinggi terhadap buku dan hanya 1,8% anak yang menunjukkan sebaliknya.

Jadi, para ibu, berkenankah untuk tak lagi malas membaca di depan anak-anak? (@rafif_amir)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Peran Ibu dalam Mencetak Anak Cinta Buku"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel