Bahaya Persepsi



Saya mendapatkan pelajaran penting tentang persepsi. Ia yang seringkali menguasai benak seseorang tentang orang lain atau sesuatu atau terhadap sebuah peristiwa.

Tak mudah mengubah persepsi yang telah terbangun dalam kepala seseorang. Butuh waktu bahkan hingga bertahun-tahun. Butuh berbagai peristiwa dan fakta yang mengantarkannya pada sebuah keyakinan bahwa: apa yang selama ini ia pikirkan tentang dia adalah kekeliruan besar!

Semua bermula dari prasangka. Persepsi dibangun dari prasangka. Prasangka yang keliru. Prasangka yang barangkali didahulu sebuah peristiwa. Bisa jadi peristiwa itu datang dari mulut ke mulut, atau bahkan ia menyaksikan sendiri dengan mata kepala. Dari lintasan peristiwa itu, ia membuat sebuah simpulan yang ia yakin adalah kebenaran. Tak sedikit pun ia memberikan ruang untuk pilihan simpulan yang berbeda. Ia sudah terlanjur menganggap bahwa begitulah kenyataannya.

Bertahun-tahun persepsi itu bertahta, sampai kemudian ia melihat sesuatu yang berkebalikan dengan keyakinan yang ia pelihara. Dengan cepat pula, pikirannya mengkonfirmasi informasi baru itu. Hatinya menyetujui, bahwa itulah yang sebenarnya. Bangunan kokoh persepsi yang dibangun bertahun-tahun runtuh seketika. Tentu seharusnya ia menyesal. Sebab persepsi itu telah menghalanginya dari kebaikan, dari kasih sayang yang seharusnya terajut indah.

Benar sekali ketika Allah memerintahkan kita dalam Alquran untuk menjauhi prasangka. Karena prasangka inilah yang membentuk persepsi. Padahal kita belum tahu kenyataannya, apa sesungguhnya yang telah terjadi. Kita belum mendedah dengan baik peristiwa itu, mengurai hingga akar penyebabnya. Kita hanya melihat batang yang menjulang dan buah yang membusuk, lalu kita salahkan hujan yang tak kunjung datang.

Apalagi jika persepsi yang terbangun itu terhadap orang yang tidak kita kenal. Belum kita ketahui latar belakangnya, profesinya, keluarganya, sifat-sifatnya, yang disukai dan tidak disukainya, lalu dengan jumawa kita memvonisnya atas satu peristiwa yang itupun tidak kita dengar dan lihat langsung. Persepsi salah itu terus kita bawa. Kita ringkus dalam benak kita bertahun-tahun lamanya. Dan bahkan naudzubillah, kita bawa sampai mati. Kita belum sempat meminta maaf padanya. [rafif]

sumber gambar: kompasiana.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Bahaya Persepsi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel