Ada Buku Dimana-mana


Saya sering mengungkapkan gagasan ini ketika berbicara bagaimanana meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berliterasi. Sederhana sebenarnya, kalau pemerintah mau menerapkannya.

Berdasarkan pengalaman saya sendiri. Seorang teman yang tidak suka buku sampai akhirnya keranjingan membaca. Kuncinya, dekatkan ia dengan buku. Buat ia memiliki intensitas tinggi berjumpa dengan buku. Buat mereka “dihantui” buku.

Bagaimana caranya? Tak ada pilihan lain, buku harus ada di mana-mana. Setiap instansi milik pemerintah harus dipenuhi buku. Di beberapa tempat sepertinya sudah berjalan, namun saya lihat masih kurang serius. Saya pernah menemukan pojok baca di kantor kecamatan. Spot-nya benar-benar di pojokan. Posisi bukunya tak karuan. Tak ada orang yang menyentuhnya. Miris sekali bukan?

Jika ingin optimal menurut saya, letaknya juga harus diperhatikan. Sebisa mungkin tidak hanya mudah dijangkau, tapi juga mudah dilihat pengunjung. Ditata dengan rapi dan apik. Rajin dibersihkan. Tetapi itu saja belum cukup, “musuh-musuh” buku juga haru dienyahkan.

Kalau di ruangan itu masih juga diputar televisi, orang tidak akan membaca. Tak perlu juga fasilitas wifi, agar tak semakin semangat membuka gawai. Kalau perlu kasi tulisan seperti masjid: “HP harap di-offkan”. Meskipun pasti akan banyak yang protes karena dianggap terlalu ekstrim.

Cara ini dijalankan secara massif dimana-mana. Di bank-bank swasta, terminal, stasiun, semua fasilitas publik. Di manapun. Saya yakin akan semakin banyak orang yang tertarik membaca buku. Iklankan buku-buku bagus di televisi, iklankan di media sosial dan di portal-portal berita.

Teorinya adalah, sesuatu yang diulang-ulang, sering dilihat, suka atau tidak suka akan masuk ke pikiran bawah sadar. Lalu mereka akan mulai mencoba membaca, menyukai, sampai akhirnya menjadi kutu buku sejati.

Itu yang dialami teman saya. Awalnya sering main ke kamar saya yang dipenuhi buku-buku berserakan. Lalu mulai menyentuh salah satu buku, mulai mmebaca, ketagihan dan membaca buku lainnya. Beberapa kali saya ajak ke toko. Bahkan saya ajak mendirikan toko buku. Kemudian ia mulai membeli banyak buku bacaan, mengoleksi dan membacanya.

Butuh proses memang. Tak bisa instan. Namun saya yakin akan berhasil, termasuk jika diterapkan pada orang yang membenci buku sekalipun.

Bawa buku kemana-mana, baca buku dimana-mana. Orang akan melihat. Jika banyak yang melakukannya, mereka akan tertarik melakukan hal serupa. Dalam sebuah sosial ekperimen terbukti, bahwa jika ada sejumlah orang melakukan hal yang sama, kemudian hanya satu yang tidak melakukan, satu orang ini akan tak enak hati dan akhirnya ikut melakukan. Meski ia sendiri tidak mengerti, mengapa ia harus melakukan itu.[rafif]

sumber gambar: kompasiana.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Ada Buku Dimana-mana"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel